Rabu, 30 September 2015

Mamfaat ikan untuk mencegah gangguan pendengaran

Mamfaat ikan untuk mencegah gangguan pendengaran

Ternyata ikan bukan hanya untuk lauk makan sehari-hari saja ternyata makan ikan secara rutin juga dapat mencegah gangguan pada pendengaran kita, apakah kalian tau? Jadi mulai sekarang rutinlan makan ikan ya kawan!

Para tim penelitian juga telah banyak bnyak menunjukkan mamfaat kesehatan dari mengkonsumsi ikan. Dan juga tampaknya daftar mamfaat tersebut akan bertambah. Sebuah studi besar baru-baru ini bahwa mengkonsumsi ikan dapat mengurangi risiko gangguan pendengaran pada perempuan.

Mamfaat Ikan Dan Mencegah Gangguan Pendengaran

Para tim penelitian di Brigham and Women’s Hospital di Boston, Amerika Serikat menemukan bahwa mengkonsumsi ikan setidknya dua porsi ikan dan omega-3 (rantai panjang asam lemak tak jenuh ganda omega-3) setiap minguuan dapat membantu mencegah atau menghambat terjadinya gangguan pendengaran.

Gangguan pada pendengaran ialah kondisi yang umum terjadi namun kerap kali melumpukan, ujar penulis studi Dr Sharon Curhan dari divisi Network Medicine Rumah Saktit tersebut. Meskipun penurunan indra pendengaran juga sering dianggap sebagai aspek yang tidak terelakkan akibat penuaan, beberapa risiko factor yang mempengaruhi perubahan secara potensial telah memberikan wawasan terbaru terhadap pencegahan atau penundaan gangguan alat pendengaran yang terjadi.

Para penelitian pada tanggal 10 september 2014 lalu yang di terbitkan secara online di American Journal of Clinical Nutrion ini melibatkan lebih dari 65.000 perempuan dari tahun 1991 hinggi 2009. Dari jumlah tersebut di atas, diketahui lebih dari 11.600 perempuan mengalami gangguan alat pendengaran.

Akan tetapi dua porsi ikan atau lebih di konsumsi para perempuan-perempuan diketahui akan memiliki risiko 20 persen lebih rendah untuk mengalami gangguan alat pendengaran dibandingkan dengan mereka yang jarang ataupun yang tidak mengkonsumsi ikan, penelitian menunjukkan. Lebih khusus lagi lebih banyak mengkonsumsi asupan omega-3 yang biasnya ditemukan dalam makanan laut dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah untuk gangguan alat pendengaran itu sendiri.

Mengkonsumsi ikan seperti ikan berwarna gelap, ikan berwarna terang, ataupu seperti tuna,kerang dan sejenis lainnya cenderung dikaitkan dengan risiko gangguan pendengaran yang lebih rendah. Penemuan ini menunjukkan bahwa gangguan pendengaran mungkin juga memiliki peran penting jika tidak dikonsumsi makanan-maknan seperti di atas.

Terimakasih atas kunjungan anda ke blog saya dan sudah membaca artikel tentang Mamfaat ikan untuk mencegah gangguan pendengaran, semoga bermamfaat bagi anda.

Selasa, 29 September 2015

Apakah kunyit Bisa Menjadi Obat Penyakit Alzheimer

Ternyata kunyit tidak hanya jadi bumbu dapur atau masakan saja tetapi juga kaya akan mamfaat bagi kesehatan tubuh kita. Baru-baru ini ada penelitian bahwa kunyit memiliki senyawa yang bisa digunakan sebagai obat untuk mengobati penyakit atau gangguan neurologis.

Potensi Dari Senyawa Kunyit Yang Bernama Ar-Turturmerone


Apakah kunyit Bisa Menjadi Obat Penyakit Alzheimer

Anggota atau para peneliti dari Institute of Neuroscience and Medicine di Julich, Jerman mengungkapkan bahwa ada senyawa kunyit yang dapat mempromosikan batang profilerasi dan diferensiasi sel di otak memberikan harapan bagi pasien yang menderitakan penyakit struk dan penyakit Alheimer. Para penelitian tersebut mempublikasikan hasil penelitian mereka dalam jurnal Stem Cell Research and Therapy

Senyawa bioaktif yang ditemukan dalam rempah-rempah tersebut ini di namakan aromatic (ar-) trmerone dan pera penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan senyawa tersebut dapat menghadang aktifasi sel microglia. Ketika aktif sel-sel tersebut dapat menyebabkan peradangan saraf uang berkaitan dengan gangguan neurologis  tertentu.

Para penelitian mengungkapkan bahwa mereka berfokus pada sel-sel induk sarafa endogen (Neural Stem Cell – NSC) , sel-sel induk yang ditemukan dalam otak orang dewasa. NSC ini berdiferensi menjadi neuron menjalankan peran sangat penting dalam memperbaiki dari fungsi otak pada penyakit seperti Alzheimer. Untuk menyelidiki lagi lebih lanjut para tim penguji efek Ar-Turmerone di NSC pad tikus dewasa hidup dengan menyuntikkan Ar-Turmerone.

Sesudah menggunakan pencitraan PET dan sebuah pelacak untuk menemukan sel-sel yang berkembang biak, para tim penelitian melihat dan mengamati ahwa zona subventricular (SVZ) diketahui lebih luas dan hippocampus (bagian dari otak besar) tikus mengalami perluasan otak yang di suntikkan senyawa Ar-Turmerone dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi sundikkan senya tersebut.

Para tim penelitian mengatakan bahwa SVZ dan hippocampus ialah dua lokasi di otak mamalia dewasa dimana pertumbuhan neuron terjadi.

Untuk menguji lebih dalam efek dari Ar-Turmerone para tim penelitian juga menumbuhkan dan mengembangkan NSC janin tikus dalam enam konsentrasi berbeda dari senyawa tersebut selama 72 jam.

Para penelitian menemukan bahwa dalam konsentrasi tertentu, senyawa tersebut meningkatkan profilerasi  NSC hingga 80% tanpa mempengaruhi kematian sel apapun.

Jadi diketahui kunyit juga mengandung senyawa lain yang disebut curcumin yang diketuhi mempunya fitur anti-inflamasi dan melindungi saraf.

Terimaksih atas kunjungan anda ke blog saya dan sudah membaca artikel tentang Apakah kunyit Bisa Menjadi Obat Penyakit Alzheimer, semoga bermamfaat bagi anda.

Senin, 28 September 2015

Konsumsi Antibiotik Sebelum Usia 2 Tahun Berisiko Obesitas



Konsumsi Antibiotik Sebelum Usia 2 Tahun Berisiko Obesitas

Anak-anak yang diberikan antibiotik spektrum luas sebelum usia 2 tahun mungkin akan menghadapi risiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas selama masa kanak-kanak, penelitian baru menunjukkan.

Antibiotik Spektrum Luas dan Sempit

Sebagai informasi, antibiotika dibagi menjadi dua jika berdasarkan spektrumnya, yakni antibiotika spektrum luas (Grup tetracylin, amoxicillin, ampicillin, chloramfenicol, dan derivat Quinolon generasi baru, dsb) dan antibiotika spektrum sempit (termasuk penicillin, colistin, polimixin, makrolid, aminoglikosida, dan sebagainya).

“Ini merupakan alasan untuk berpikir tentang apakah anda memerlukan antibiotik dan antibiotik mana yang anda pilih,” kata pemimpin peneliti Dr. Charles Bailey.

Bailey dan rekan-rekannya melihat catatan kesehatan hampir sekitar 65.000 anak-anak yang berada di klinik dari tahun 2001 hingga 2013. Para peneliti mengamati anak-anak tersebut mulai usia 5 tahun. Mereka mengamati tinggi dan berat badan anak-anak, yang kemudian diklasifikasikan ke dalam berat badan normal, kelebihan berat badan, atau obesitas.

Para penulis penelitian menemukan bahwa 69 persen dari anak-anak diberikan antibiotik sebelum umur 2 tahun. Secara rata-rata, anak-anak tersebut memiliki 2,3 episode penggunaan antibiotik.

Anak-anak yang memiliki 4 buah lebih ‘paparan’ antibiotic adalah 11 persen cenderung menjadi gemuk dari pada yang tidak diberikan antibiotic. Para penelitian juga melihat apakah antibiotic yang diserap tersebut dari gologan spectrum luas memiliki risiko 16 persen lebih tinggi unttk mengalami obesitas dibandingkan denan yang tidak. Saat ini tidak ditemukan hubungan antara antibiotic spektrum sempit dan risoko obesitas.

Para penelitian memperhitungkan factor-faktor lain yang mempengaruhi obesitas seperti status asuransi penggunaan steroid dan diagnosis asma.

Stiudi ini dipubliksikan dalam edisi 29 September 2014 di jurnal JAMA Pediatrics

Bailey dan timnya memutuskan untuk melihat kemungkinan adanya hubungan antara penggunaan antibiotic secara dini dan risiko obesitas karena penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa lingkungan mikroba usus seseorang dapat dihubungkan dengan obesitas dan penggunaan antibiotic dapat mempengaruhi lingkungan itu.

“Apa yang kita lihat disini adalah sebuah asosiasi.” Kata Bailey, “Namun kami belum membuktikan hubungan sebab dan akibat” sejelasnya.

Bagi sebagian besar anak-anak obesitas bukanlah hasil dari sesuatu yang mereka lakukan atau tidak lakukan. Katanya. Dan risiko obesitas sebesar 16 persen lebih tinggi bukanlah hal yang bagus dan banyak factor yang dapat mendorong risikoobesitas bertambah.

Orang tua dapat bertanya pada dokter apakah anak-anak mereka benar-benar membutuhkan antibiotic atau tidak. Jika ya orang tua dapat bertanya lagi apakah antibiotic spectrum sempit asih dapat melakukan tugasnya atau tidak.

Dr. Andrew Pavia dari Universitity of Utah Scool f Medicane menambahkan bahwa risiko yang ditemukan memang relative kecil, namun temuan ini menjadi alasan kita untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan antibiotic.

Terimaksih atas kunjungan anda ke blog saya dan sudah membaca artikel tentang Konsumsi Antibiotik Sebelum Usia 2 Tahun Berisiko Obesitas, semoga bermanfaat bagi anda.